Pembelajaran adalah sebuah proses kompleks di mana informasi, ide, dan konsep diserap dan dipahami oleh siswa. Dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran, berbagai metode dan alat telah dikembangkan. Salah satu pendekatan yang semakin populer dalam dunia pendidikan adalah hexagonal thinking atau berpikir heksagonal. Konsep ini bertujuan untuk membantu siswa menghubungkan konsep-konsep pembelajaran dengan lebih baik. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan apa itu hexagonal thinking, bagaimana cara mengimplementasikannya dalam pembelajaran, dan mengapa hal ini penting dalam memperkuat pemahaman siswa.
Apa Itu Hexagonal Thinking?
Hexagonal thinking adalah sebuah metode berpikir yang menggunakan hexagon atau segi enam sebagai alat untuk menghubungkan berbagai ide atau konsep. Metode ini dikembangkan oleh Betsy Potash, seorang desainer kurikulum, untuk membantu siswa berpikir kritis, membuat koneksi baru, dan berdebat secara konstruktif. Ide dasar di balik hexagonal thinking adalah bahwa konsep-konsep dapat dihubungkan satu sama lain dengan cara yang logis dan bermakna melalui penggunaan heksagon. Setiap heksagon mewakili satu konsep, dan siswa diminta untuk menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang relevan.
Misalnya, dalam pelajaran tentang ekosistem, seorang siswa dapat memiliki heksagon untuk "hewan", heksagon lain untuk "tumbuhan", dan heksagon lainnya untuk "lingkungan". Mereka kemudian menghubungkan heksagon "hewan" dengan "makanan" dan "habitat", menciptakan jaringan konsep yang lebih kaya dan mendalam.
Bagaimana Cara Mengimplementasikan Hexagonal Thinking dalam Pembelajaran?
Implementasi hexagonal thinking dalam pembelajaran memerlukan beberapa langkah penting:
1. Identifikasi Konsep-Konsep Kunci
Langkah pertama adalah mengidentifikasi konsep-konsep kunci dalam materi pelajaran. Ini dapat melibatkan pemilihan buku teks, kurikulum, atau panduan pembelajaran.
Misal dalam pengembangan aplikasi mobile, maka:
- Pemrograman: Ini mencakup pemahaman tentang bahasa pemrograman seperti Java, Swift, atau Kotlin.
- Antarmuka Pengguna (UI/UX): Desain antarmuka yang menarik dan pengalaman pengguna yang baik adalah penting dalam pengembangan aplikasi mobile.
- Pengujian dan Debugging: Menguji aplikasi untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan.
- Database: Bagaimana data disimpan dan diakses dalam aplikasi.
- Keamanan: Melindungi data pengguna dan aplikasi dari ancaman keamanan.
- Peluncuran Aplikasi: Strategi dan langkah-langkah untuk meluncurkan aplikasi ke pasar.
- Pemasaran Aplikasi: Mempromosikan aplikasi untuk menarik pengguna.
- Inovasi: Mencari cara baru untuk meningkatkan dan mengembangkan aplikasi.
2. Buat Heksagon
Untuk setiap konsep kunci, buat heksagon dengan menuliskan konsep tersebut di tengah heksagon. Gunakan kertas atau alat digital untuk membuat heksagon ini. Anda juga bisa mengunduh templatenya di sini.
3. Hubungkan Konsep-konsep
Selanjutnya, siswa diminta untuk menghubungkan konsep-konsep dengan menggambar garis atau panah antara heksagon. Garis atau panah ini harus menggambarkan hubungan atau keterkaitan antar konsep. Misalnya, siswa dapat menghubungkan "Pemrograman" dengan "Pengujian dan Debugging" karena pemrograman yang baik memerlukan pengujian yang teliti. Mereka juga dapat menghubungkan "Antarmuka Pengguna" dengan "Pemasaran Aplikasi" karena desain antarmuka yang menarik memengaruhi daya tarik pengguna dan keberhasilan pemasaran aplikasi.
4. Diskusikan dan Refleksikan
Beri siswa kesempatan untuk berdiskusi tentang hubungan yang mereka buat. Diskusi ini dapat membantu siswa memahami bagaimana konsep-konsep saling berhubungan dan bagaimana mereka berkontribusi pada pemahaman keseluruhan.
Hal ini juga dapat dilakukan dengan berbagai cara:
- Siswa dapat mencatat argumen untuk satu atau dua koneksi pada alat bantu seperti Flipgrid.
- Siswa dapat menuliskan analisis mereka.
- Siswa dapat berkelompok dan berkolaborasi untuk menulis penjelasan untuk beberapa koneksi mereka atau mempresentasikannya di depan kelas.
5. Evaluasi Hasil:
Di akhir, guru atau instruktur dapat mengevaluasi hasil dari aktivitas hexagonal thinking. Ini dapat melibatkan penilaian sejauh mana siswa berhasil menghubungkan konsep-konsep dengan baik dan memahami materi dengan lebih mendalam. Evaluasi ini membantu menilai efektivitas metode hexagonal thinking dalam pembelajaran teknologi.
Mengapa Hexagonal Thinking Penting dalam Pembelajaran?
Ada beberapa alasan mengapa hexagonal thinking penting dalam pembelajaran:
1. Meningkatkan Pemahaman
Dengan menghubungkan konsep-konsep secara visual, siswa dapat melihat bagaimana semua informasi tersebut terkait satu sama lain. Ini membantu mereka memahami konsep-konsep dengan lebih baik daripada hanya mengingat fakta-fakta terpisah.
2. Mendorong Pemikiran Kritis
Hexagonal thinking mendorong siswa untuk berpikir kritis tentang bagaimana konsep-konsep saling mempengaruhi. Mereka harus mempertimbangkan implikasi dari hubungan yang mereka buat, mengembangkan pemikiran analitis yang kuat.
3. Memfasilitasi Pengingatan
Hubungan visual antara konsep-konsep dapat membantu siswa mengingat informasi dengan lebih baik. Ini karena mengaitkan informasi dengan gambaran mental yang kuat dapat memperkuat proses pengingatan.
4. Membangun Pemahaman Mendalam
Dengan melibatkan siswa dalam proses menghubungkan konsep-konsep, hexagonal thinking membantu membangun pemahaman yang lebih mendalam dan abiding, bukan sekadar pengetahuan yang sekilas.
5. Kreativitas
Metode ini juga dapat merangsang kreativitas siswa karena mereka mencari cara-cara baru untuk menghubungkan konsep-konsep yang berbeda.
Kesimpulan
Hexagonal thinking adalah alat yang bermanfaat dalam pembelajaran yang dapat membantu siswa menghubungkan konsep-konsep dengan lebih baik, meningkatkan pemahaman, dan mempromosikan pemikiran kritis. Metode ini dapat dengan mudah diimplementasikan dalam berbagai konteks pembelajaran dan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi siswa. Sebagai pendidik, penting bagi kita untuk mencari cara-cara inovatif untuk meningkatkan proses pembelajaran, dan hexagonal thinking adalah salah satu alat yang dapat membantu kita mencapai tujuan tersebut. Dengan memahami dan mengimplementasikan hexagonal thinking dalam pembelajaran, kita dapat membantu siswa membangun dasar pengetahuan yang kuat dan pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep yang mereka pelajari.
Referensi:
Hexagonal Thinking: A Colorful Tool for Discussion. (2020). Cultofpedagogy.